Pahami Apa Itu Toxic Positivity
Akhir-akhir ini sering banget ya dengar istilah toxic positivity. Apakah ada yang sudah tahu maksudnya apa?
Toxic positivity merupakan kondisi ketika seseorang menuntut dirinya sendiri atau orang lain untuk selalu berpikir dan bersikap positif sehingga menolak emosi negatif yang sedang dirasakan. Tidak ada salahnya jika melihat suatu kondisi secara positif. Tapi, jika terus dibarengi dengan perasaaan menghindar dan tidak menerima emosi negatif, maka dapat mengganggu kesehatan mental kamu loh!
Baca Juga : Ini Yang Bikin Karyawan Banyak Resign!
Maksud dari menghindari emosi negatif adalah kamu berusaha untuk tidak merasakan atau berusaha untuk menghilangkan perasaan sedih, marah, atau kecewa jika suatu hal terjadi. Pada nyatanya, emosi negatif ini merupakan perasaan yang penting untuk dirasakan dan diekspresikan. Jika kamu terlalu sering mengabaikan emosi negatif, hal ini dapat menimbulkan ketidakstabilan mental sehingga memungkinkan munculnya masalah kesehatan mental seperti stress, depresi, gangguan tidur, dll.
Jika kamu memiliki ciri-ciri ini, sebaiknya mulai kita hindari yuk!
- Menyembunyikan perasaaan yang sebenarnya kamu rasakan. Contoh, kamu sebenarnya merasa sangat sedih sampai membuatmu ingin menangis. Tapi, ketika kamu ditanya keadaanmu oleh teman, kamu justru menjawab “tidak apa-apa” sembari menahan tangismu.
- Memberi semangat yang disertai dengan ungkapan yang meremehkan. Contoh, kamu memberikan semangat dengan kalimat “yok kamu pasti bisa, masa gitu aja udah nggak bisa dan nyerah”.
- Sering membandingkan diri dengan orang lain. Contohnya, kamu mengucapkan kalimat ini kepada temanmu “kamu tuh harusnya bersyukur, lihat tuh orang-orang disana masih banyak yang lebih menderita daripada kamu”.
- Mengucapkan kalimat menyalahkan orang yang tertimpa masalah. Contohnya, ucapan seperti “udahlah nggak usah nangis, ambil positifnya aja, toh ini juga salah kamu sendiri kan?”.
- Merasa bersalah setelah mengungkapkan atau mengekspresikan emosi negatif.
Lalu, bagaimana cara kita agar dapat terhindar dari toxic positivity dan tidak menjadi sumber toxic positivity bagi orang lain?
1. Terima dan Kelola Emosi Negatif
Jika kamu atau temanmu merasakan emosi negatif seperti sedih, marah dan kecewa maka terima perasaan tersebut. Berceritalah pada orang terdekat dan orang yang paling kamu percayai. Jika kamu sedang marah katakan, “saya sedang marah”. Kelola emosi tersebut sesuai kenyamananmu. Jika kamu merasa butuh waktu untuk sendiri, kamu juga bisa mengatakannya dan pakai waktumu untuk menata perasaanmu agar lebih baik dan terkontrol.
2. Mencoba Memahami Bukan Menghakimi
Emosi negatif yang kamu rasakan dapat muncul dari berbagai akibat. Bisa akibat dari permasalahan keluarga, finansial, pekerjaan dan lain sebagainya. Maka dari itu, cobalah kamu untuk memahami orang lain ataupun dirimu sendiri jika emosi negatif tersebut muncul. Tidak ada yang ingin dihakimi atas perasaan dan permasalahannya. Cobalah untuk berempati. Posisikan dirimu jadi teman yang nyaman untuk tempat bercerita, dengarkan dengan baik-baik tanpa harus berkomentar judgemental.
3. Tidak Membanding-bandingkan Masalah
Setiap orang punya masalahnya masing-masing. Tingkat kesulitan seseorang dalam menyelesaikan masalah juga berbeda. Mungkin apa yang kamu anggap mudah, bisa jadi dianggap sulit orang lain, begitu sebaliknya. Maka, ada baiknya mulai sekarang coba untuk berhenti membanding-bandingkan masalah dengan orang lain. Lebih baik kelola emosi dan menghibur diri supaya perasaanmu lebih baik.
Jadi sekarang kamu sudah tahu ciri-ciri toxic positivity kan? Berarti setelah ini kita bisa berhenti menjadi toxic positivity ataupun sumber toxic positivity untuk orang lain. Perlu kamu garis bawahi bahwa emosi negatif seperti marah, sedih, kecewa, sama seperti emosi lainnya yang perlu kamu ungkapkan dan ekspresikan. Nggak perlu berpura-pura bahagia jika kamu memang sedang sedih. Hidup itu berwarna, ada kalanya kamu merasa puas, tapi ada masanya kamu juga merasa kecewa. Tapi, jika kamu merasa tidak bisa mengontrol masalah dan emosimu, nggak perlu malu untuk konsultasi ke psikolog langsung ya.
Informasi seputar karir, tips, dan pengembangan diri silakan kunjungi EKRUTES.ID disini ya!